Juni tahun depan, panitia Piala Dunia FIFA akan menggelar turnamen ke-20 di Brasil. Piala Dunia 2014, baru akan dilangsungkan setengah tahun lagi, tapi gaungnya mulai terdengar. Tim nasional dari negara-negara yang telah lolos ke putaran final telah bersiap dengan merilis kostum baru mereka. Sementara Brasil terus berusaha membenahi.
Piala Dunia merupakan perhelatan khusus, karenanya FIFA berusaha untuk memberikan sesuatu yang spesial pula saat pemain berlaga di lapangan hijau. FIFA pun berinisiatif untuk mempersiapkan bola yang akan dipakai dalam turnamen empat tahunan ini.
Sebelum bekerja sama dengan Adidas, dulu FIFA bekerja sama dengan banyak produsen peralatan olahraga untuk mendesain bola yang dikhususkan untuk Piala Dunia. Setidaknya ada tujuh bola yang dibuat oleh produsen berbeda sejak Piala Dunia 1930 digelar hingga Piala Dunia 1966. Ketika itu, bola berbahan kulit masih tebal dan dirasa sangat berat.
1. T-Model (Piala Dunia 1930, Uruguay)
T-Model dapat dikatakan sebagai bola pertama Piala Dunia, yakni Piala Dunia 1930 yang dilangsungkan di Uruguay. Namun, pada saat itu T-Model bukanlah bola khusus untuk Piala Dunia, karena bola dengan motif 12 panel itu juga digunakan dalam pertandingan turnamen sepakbola yang lain seperti misalnya Olimpiade atau turnamen domestik.
T-Model memiliki sebutan lain, yakni Wembley. Sebutan ini muncul karena bola tersebut diproduksi oleh perusahaan asal Inggris, John Salter & Son from Aldershot (London) dan diimpor oleh perusahaan asal Uruguay, Clericetti & Barrela. Dengan menggunakan model ini, Uruguay berhasil menjadi juara Piala Dunia pertama usai menggasak tim Argentina dengan skor 4-2.
2. Federale 102 (Piala Dunia 1934, Italia)
Bola ini bisa dikatakan memiliki nilai sejarah yang cukup tinggi. Diberi nama Federale 102, bola ini digunakan dalam pergelaran Piala Dunia 1934 di Italia yang pada saat itu dipimpin oleh Pimpinan Partai Fasis, Benito Mussolini. Mussolini meminta FIFA agar Italia dapat memproduksi bola mereka sendiri. FIFA pun menyetujuinya.
Italia pun menunjuk E.C.A.S (Ente Centrale Approvvigionamenti Sportivi), yang tidak lain merupakan produsen alat-alat sepakbola milik pemerintah. Perhelatan Piala Dunia yang kedua ini seakan dikuasai Italia sepenuhnya. Bukan hanya memaksa menggunakan bola produksi dalam negerinya, Italia pun mampu menjadi juara setelah menumbangkan Cekoslovakia (Republik Ceko) dengan skor 2-1 pada babak final.
3. Allen Coupe Du Monde (Piala Dunia 1938, Prancis)
Tidak ada yang berubah dengan desain bola Piala Dunia 1938. Dengan desain yang mirip dengan Federale 104 di Piala Dunia sebelumnya Allen Coupe Du Monde menggunakan 13 panel, berbeda dengan bola Piala Dunia pertama yang menggunakan 12 panel.
Allen Coupe Du Monde pun jadi bola Piala Dunia pertama yang mencantumkan nama perusahaan yang memproduksi bola untuk Piala Dunia. Akan tetapi, berbeda dengan Italia yang menjadi juara ketika menggunakan bola buatan negeri sendiri, langkah Prancis terhenti di perempatfinal usai dipermalukan juara bertahan Italia dengan skor 3-1. Italia tak terbendung dan kembali menjadi juara dunia setelah mengalahkan Hungaria dengan skor 4-2.
4. Duplo T (Piala Dunia 1950, Brasil)
Piala Dunia harus tertunda selama delapan tahun setelah Piala Dunia 1938 di Prancis. Perang Dunia II membuat Piala Dunia tidak dapat dilangsungkan. Setelah Perang Dunia II pada 1945, FIFA pun akhirnya memutuskan untuk kembali melangsungkan Piala Dunia lima tahun kemudian dan menunjuk Brasil menjadi tuan rumah.
Di Brasil, bola baru pun kembali diperkenalkan, yakni Duplo T. Bola sepak Duplo T merupakan perkembangan dari bola yang di diproduksi oleh Tossolini-Valbonesi-Polo & Cia yang bermarkas di Argentina. Bola ini tanpa tali seperti bola-bola sebelumnya. Tossolini-Valbonesi-Polo & Cia berhasil melakukan terobosan baru dengan menghilangkan tali pengikat dan memperbaiki system pompa.
Tossolini-Valbonesi-Polo & Cia membuka cabang di Brasil dengan nama Superval (Superball) dan ditunjuk FIFA untuk memproduksi bola di perhelatan saat ini. Sialnya, Brasil bernasib seperti Prancis. Brasil hanya bisa jadi runner-up karena ditekuk Uruguay dengan skor 2-1.
5. Swiss World Champion (Piala Dunia 1954, Swiss)
Swiss World Champions merupakan bola dengan desain yang baru. Setelah di empat bola Piala Dunia sebelumnya menggunakan 12 dan 13 panel, bola untuk Piala Dunia 1954 di Swiss menggunakan 18 panel yang diproduksi oleh Sydsvenska Lader och Remfabriken. Alasan penggunaan 18 panel ini agar mendapatkan bola yang lebih bulat.
Swiss World Champion pun hadir dengan sesuatu yang baru, yakni penggunaan warna yang yang berbeda. Ketika empat bola sebelumnya menggunakan warna coklat, Swiss World Champions dihadirkan dengan warna kuning.
Bola ini membawa Jerman Barat menjadi juara dunia, setelah mengalahkan Hungaria yang menjadi runner-up dua kali berturut-turut.
6. Top Star (Piala Dunia 1958, Swedia)
Delapan belas panel dari bahan kulit kembali dipertahankan saat Piala Dunia 1958 dilangsungkan. Tidak ada terobosan baru dari bola ini, dan lebih terlihat seperti bola voli dibanding bola sepak. Bukan masalah teknologi bola yang menjadi cerita dari bola bernama Top Star ini. Melainkan sejarah yang terkandung di dalamnya. Dengan menggunakan bola ini, Brasil berhasil meraih gelar juara dunia pertamanya.
Brasil saat itu diperkuat pemain bintangnya Edson Arantes do Nascimento atau yang lebih dikenal dengan nama Pele. Kemampuan Pele mengendalikan Top Star berhasil membawa Brasil menjungkalkan tuan rumah. Brasil menang dengan skor telak 5-2.
7. Crack Top Star (Piala Dunia 1962, Chile)
Empat tahun setelah Top Star diluncurkan di Piala Dunia 1958, terobosan baru untuk teknologi bola Piala Dunia pun tercipta. Memiliki nama yang mirip dengan bola di Piala Dunia sebelumnya, Piala Dunia 1962 menggunakan bola yang sepenuhnya baru, yakni Crack Top Star. Bola buatan Senor Custodio Zamora H ini memiliki panel yang mulai dengan bola modern.
Dengan panel baru tersebut, bola diklaim lebih mudah dikontrol dibanding dengan bola-bola sebelumnya. Bahkan Adidas yang akhirnya jadi penyedia bola-bola untuk Piala Dunia sejak 1970, menggunakan motif yang terinspirasi dari Crack Top Star.
Crack Top Star menjadi saksi ketika Brasil berhasil meraih gelar juara Piala Dunia untuk kali keduanya. Brasil menjadi juara dunia setelah membuat Cekoslovakia (Republik Ceko) menyerah dengan skor 3-1.
8. Challenge 4-star (Piala Dunia 1966, Inggris)
Diproduksi oleh perusahaan asal Inggris, Slazenger, bola dengan nama Challenge 4-star ini menjadi bola Piala Dunia terakhir sebelum akhirnya produksi bola diambil alih perusahaan asal Jerman, Adidas. Slazenger seolah bernostalgia, karena menggunakan model yang mirip dengan bola Piala Dunia 1958, yakni Top Star.
Challenge-4 merupakan bola bersejarah, khususnya untuk rakyat Inggris. Sebab Timnas Inggris berhasil meraih gelar juara Piala Dunia mereka dengan bola 24 panel ini. Jerman memantapkan diri sebagai juara dunia setelah mengalahkan Jerman barat di laga pamungkas dengan skor 4-2.