Batu 'Rolling Stone' di Gunung Padang ini Bikin Para Peneliti Kebingungan

Temuan misterius makin terus ditemukan dari 'perut' situs kuno Gunung padang, Cianjur, Jawa Barat.  Pada eskavasi terakhir Tim Terpadu Riset Mandiri (TTRM) Gunung Padang akhir September lalu, ditemukan adanya batu bulat yang bisa berputar. Peneliti kemudian menyebutnya 'rolling stone'. 



Peneliti anggota TTRM, Didit Ontowirjo mengatakan eskavasi terakhir awalnya ingin melakukan penggalian horisontal, peneliti menargetkan penggalian sedalam 12 meter, namun saat mencapai kedalaman 10 meter itu, ditemukan batu aneh tersebut. 

"Batu bulat itu berada di tanah urugan, bukan dalam struktur yang masif," jelas Didit dalam sambungan telepon kepada VIVAnews, Senin 17 November 2014. 

Ditambahkan Didit, berdasarkan analisa sejauh ini, batu bulat itu pernah berada di atas tanah. Tandanya, batu itu tak berada dalam struktur batuan yang lebih masif. 

"Tapi proses pelapukannya alami. Adapun yang istimewa batu itu bisa diputar-putar, dalamnya batu itu seperti bawah mouse (komputer)," tambahnya. 

Didit megatakan hal yang lebih membuat heran peneliti yakni adanya perubahan warna dan ukuran batu saat di dalam kedalaman 10 meter dan di atas permukaan. 

"Di bawah itu diameter batu ukuran 11 cm di atas menjadi 37 meter. Kita juga bingung," jelas Didit. 

Fenomena perubahan volume suatu benda, menurut Didit setidaknya seperti pengembangan busa yang menjalankan pola higroskopi. Higroskopi merupakan kemampuan suatu zat untuk menyerap molekul air dari lingkungannya. Dengan penyerapan itu, sebuah benda bisa mengembang. 

Namun menurut Didit, pola itu tak mungkin terjadi pada batu bulat tersebut. 

"Ini nggak (mungkin). Sebab batu itu kan strukturnya keras. Kita sendiri belum bisa menjelaskan," katanya. 

Didit menceritakan proses perubahan bentuk dan warna itu pun terjadi dalam waktu yang singkat. Ia mengatakan saat ditemukan, kemudian peneliti, dibantu dengan TNI AD, memasukkan batu tersebut dalam karung, kemudian di angkat ke permukaan. 

"Itu sebentar saja kok. 5 menit saja sampai ke atas," katanya.

Sayangnya, tim peneliti saat itu terbentur pada keterbatasan waktu riset yang hampir selesai, sehingga sampai batu itu ditemukan, peneliti belum bisa mengungkap konteks batu bulat itu. 

"Fenomena ini tak bisa dijelaskan. Batu bukan dalam struktur masif. Kita belum lihat fungsinya. kalau itu mengikat di antara batu besar, ada fungsinya. Tapi kan batu itu ada di tanah urug," jelasnya.